SEJARAH FATHU MAKKAH/PENAKLUKKAN KOTA MAKKAH(2)


SEJARAH FATHU MAKKAH/PENAKLUKKAN KOTA MAKKAH (2)



“Siapa saja yang menginjak rumah Abu Sufyan, maka ia aman, siapa saja yang memblokir pintu rumahnya, maka ia aman. Dan siapa saja yang menginjak Masjid al-Haram, maka ia aman”.


Ya, itulah yang disebutkan Rasulullah untuk Abu Sufyan supaya disampaikan untuk orang-orang Quraisy Mekah yang bakal beliau masuki sejumlah saat lagi. Ini ialah cara Rasulullah menghindari perang antar saudara. Rasulullah berkeinginan menaklukkan Mekah dengan Ka’bahnya bukan sebab nafsu perang tetapi demi meluruskan kembali doktrin Ibrahim yang berabad-abad lamanya sudah diselewengkan.


sejarah fathu makkah/penaklukkan kota makkah(2)Setelah Abu Sufyan dan 2 kawannya yang diserahi memata-matai kaum Muslimin tertangkap, Rasulullah segera meneruskan perjalanan mengarah ke Mekah. Akan namun sebelum berangkat, beliau berpesan untuk Abbas bin Abdul Muthalib, paman yang disukai sekaligus kawan Abu Sufyan yang baru saja mendekap Islam, supaya menahan sahabatnya tersebut di mulut lembah yang akan dilewati pasukan Muslim. Rasulullah memang bermaksud mendemonstrasikan kekuatan dan kehormatan pasukan tersebut untuk pemimpin Quraisy yang disegani masyarakatnya itu.


“Kalau begitu, betapa mulianya”, ungkap Abu Sufyan dengan yakin. Sekarang ia mulai mantap dengan kedudukan keislamannya.


Demikianlah Ibnu Sa’ad, Ibnu Ishaq, Ibnu Jurair pun Bukhari meriwayatkan kekaguman Abu Sufyan akan kehormatan Islam. Meski sebetulnya malam sebelum berikrarpun ia sudah terkagum-kagum dengan pasukan Islam yang pada malam yang dingin tersebut sedang mengemban wudhu sebelum shalat.


Riwayat di atas pun berisi hikmah bahwa apa yang disangka Abu Sufyan kerajaan tersebut tidak sama dengan kenabian. Nyaris 22 tahun lamanya Rasulullah berusaha menegakkan agama Islam,  bukan kerajaan. Jika melulu sekedar dominasi dan kerajaan sebetulnya Rasulullah bisa meraihnya tanpa butuh berhijrah ke Madinah. Para pemuka Quraisy sendirilah yang ketika tersebut menawarkannya untuk Rasulullah, saking gemasnya menyaksikan kekerasan hati Rasulullah dalam berdakwah mengarah ke Islam.


Selanjutnya Abbas berkata, : “Selamatkanlah kaummu !”. Maka Abu Sufyanpun segera pergi ke Mekah sebelum Rasulullah dan pasukan Islam memasukinya. Dengan suara nyaring, ia berteriak : 


“Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad datang untuk kalian membawa pasukan yang tidak barangkali dapat kalian atasi. Karena tersebut barang siapa menginjak rumah Abu Sufyan, maka ia aman, barang siapa memblokir pintu rumahnya, maka ia aman. Dan barang siapa menginjak Masjid al-Haram, maka ia aman.”


Mendengar itu, istri Abu Sufyan, Hindun binti Uthbah, memarahinya “Alangkah buruknya perbuatanmu sebagai pemimpin”. Abu Sufyan menegaskan “ Celakalah kalian kalau beraksi menuruti hawa nafsu. Muhammad datang untuk kalian membawa pasukan yang tidak barangkali dapat kalian tandingi”.


Sementara orang-orang Quraisy mencemoohnya , “Celakalah engkau, hai Abu Sufyan! Apa gunanya rumahmu untuk kami?”. Lalu Abu Sufyan menyahut : ” Barangsiapa memblokir pintu rumahnya, maka ia aman. Dan barang siapa menginjak Masjid al-Haram, maka ia aman”.


Menyadari bahwa pemimpin mereka tidak main-main, kesudahannya merekapun berlarian, sebagian kembali ke rumah memblokir pintu dan beberapa lain berlindung ke Masjidil Haram. Sementara tersebut Rasulullah telah kian mendekati Mekah. Beliau menginjak kota ini dari dataran tinggi Kida dan menyuruh pasukan pimpinan Khalid bin Walid masuk melewati dataran rendah Kida.


Bukhari meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Qurrah, ia berkata, “ Aku pernah mendengar Abdullah bin Mughaffal berkata, ‘Aku menyaksikan Rasulullah pada masa-masa Fath-Makkah berada diatas untanya seraya menyimak surat Al-Fath berulang-ulang dengan bacaan yang merdu sekali. Sabda beliau, “ Seandainya orang-orang tidak berkerumun di sekitarku, niscaya aku bakal membacanya berulang-ulang”.


Maka pasukan demi pasukanpun berjalan melalui Abu Sufyan. Tercengang ia dibuatnya sampai ia merinding ketakutan.

“Abbas, siapakah mereka itu?”

“Mereka tersebut kabilah Sulaim”, jawab Abbas.

“Apa urusanku dengan kabilah Sulaim?!” komentar Abu Sufyan.

Kabilah lainpun lewat. Abu Sufyan bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama.

“Mereka kabilah Muzainah,” Abbas membalas lagi.

“Apa urusanku dengan Kabilah Muzainah?!”


Begitulah seterusnya sampai setiap kabilah lewat. Terakhir, pasukan Rasulullah yang berwarna hijaupun melewatinya. Abu Sufyan menatap tanpa berkedip. Mereka semua dibentengi baju besi.


“Subhanallah, Abbas! Siapa mereka itu?”

“Itu Rasul bareng Muhajirin dan Anshar.”

“Tidak terdapat seorang juga yang dapat menghadapi kekuatan mereka. Demi Allah, hai Abu Fadhal, kemenakanmu besok akan menjadi maharaja besar ….”.

“Hai Abu Sufyan, tersebut bukan kerajaan, tetapi kenabian”, tukas Abbas.


“Kalau begitu, betapa mulianya”, ungkap Abu Sufyan dengan yakin. Sekarang ia mulai mantap dengan kedudukan keislamannya.

Bukhari meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Qurrah, ia berkata, “ Aku pernah mendengar Abdullah bin Mughaffal berkata, ‘Aku menyaksikan Rasulullah pada masa-masa Fath-Makkah berada diatas untanya seraya menyimak surat Al-Fath berulang-ulang dengan bacaan yang merdu sekali. Sabda beliau, “ Seandainya orang-orang tidak berkerumun di sekitarku, niscaya aku bakal membacanya berulang-ulang”.


“Sesungguhnya Kami telah menyerahkan kepadamu kemenangan yang nyata. agar Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang sudah lalu dan yang bakal datang serta menyempurnakan ni`mat-Nya atasmu dan memimpin anda kepada jalan yang lurus dan agar Allah menolongmu dengan bantuan yang powerful (banyak)”.


“Dia-lah yang sudah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu’min agar keimanan mereka meningkat di samping keimanan mereka (yang sudah ada). Dan milik Allah-lah tentara langit dan bumi dan ialah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana agar Dia memasukkan orang-orang mu’min laki-laki dan wanita ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan agar Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu ialah keberuntungan yang besar di sisi Allah”,(QS. Al-Fath(48):1-5).


Rasulullah berpesan untuk pasukannya supaya menghindari sebanyak barangkali korban. Hanya 6 orang pria dan 4 wanita yang beliau perintahkan supaya dibunuh dimanapun mereka berada. Mereka itu ialah Ikrimah bin Abu Jahal, Habbar bin al-Aswad, Abdullah bin Sa’ad bin Abu Sarah, Muqis bin Dhahabah al-Laitsi, Huwairits bin Nuqaid dan Abdullah bin Hilal. Sedangkan yang perempuan ialah Hindun binti Uthbah, Sarah, Fartanai dan Qarinah. Ke 10 orang ini ialah orang-orang kejam yang paling membenci Islam dan mesti dihukum mati.


Maka dalam masa-masa yang relatife singkat, pasukan Islampun sukses menaklukkan Mekah dan Ka’bahnya tanpa tidak sedikit perlawanan kecuali pasukan Khalid. Pasukan ini kesudahannya menang sesudah memakan korban 24 orang Quraisy. Jumlah yang teramat sedikit untuk hitungan perang dimana pasukan Islam mengantarkan 10 ribu orang pasukan. Itupun terlihat bahwa Rasulullah tidak senang saat melihat kilatan pedang di kejauhan. Namun saat beliau mendapat keterangan bahwa itu ialah pasukan Khalid yang menjawab serangan musuh, beliaupun melulu berkomentar : “Ketentuan Allah tidak jarang kali baik”.


Rasulullah langsung mengarah ke Ka’bah. Di sekitar lokasi tersebut ada 360 berhala. Dengan mengucap “ Kebenaran sudah tiba dan lenyaplah kebathilan.  Kebenaran sudah tiba dan kebathilan tak bakal kembali lagi”, Rasulullah melayangkan pentungan dan menghancurkannya satu persatu. Demikian pula berhala-berhala yang terdapat di dalam Ka’bah, seluruh dikeluarkan sebelum Rasulullah memasukinya. Beliau bertakbir disudut-sudut Ka’bah lantas keluar.


Ketika Rasulullah berkeinginan mengembalikan kunci pintu Ka’bah untuk Utsman bin Thalhah, Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah, memohon supaya kunci lokasi tinggal suci tersebut di berikan kepadanya.  Namun atas perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala melewati Jibril as, Rasulullah tetap menyerahkannya untuk Utsman. Rasulullah tidak mengalihkan hak itu karena tersebut memang perintah Sang Khalik.


“Terimalah kunci ini guna selamanya. Bukan aku yang menyerahkan untuk kalian namun Allah menyerahkannya untuk kalian. Sesungguhnya tak seorangpun bakal mencabutnya (hak memegang kunci Ka’bah) kecuali orang yang zalim”.


Tak lama lantas turun ayat yang tercantum di kain penutup Ka’bah sampai saat ini :

“Sesungguhnya Allah menyuruh anda menyampaikan amanat untuk yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) bilamana menetapkan hukum salah satu manusia supaya anda menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah ialah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(QS.An-Nisa(4):58).


Utsman memang ialah pemegang kunci Ka’bah secara turun temurun semenjak zaman nabi Ismail as. Ia keturunan bani Thalhah. Namun sesudah ia wafat, kunci sekarang dipegang oleh keturunan anak bapaknya, yakni bani Syaibah, sampai detik ini. Setelah tersebut Rasulullah thawaf lantas memerintahkan Bilal naik ke atas Ka’bah guna mengumandangkan adzan shalat. Orang-orang kemudian berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah.


“Apabila sudah datang bantuan Allah dan kemenangan. Dan anda lihat insan masuk agama Allah dengan berduyun-duyun maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia ialah Maha Penerima taubat”.(QS.An-Nasr(110):1-3).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH KEKALAHAN KAUM MUSLIMIN DI PERANG UHUD

Silsilah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

SEJARAH PERANG TABUK